INDEK.ID – Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan kenaikan angka kemiskinan terkait erat dengan percepatan inflasi.
Dalam hal ini, perekonomian Indonesia akan menghadapi tekanan inflasi pada tahun 2022 akibat kenaikan harga bahan mentah dunia, khususnya energi dan pangan akibat perang di Ukraina, yang akan menyebabkan sedikit peningkatan angka kemiskinan, namun akan tetap saja mampu menampungnya.
Dibandingkan dengan banyak negara lain, seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, yang mencapai rekor tertinggi dalam empat dekade terakhir, kenaikan inflasi di Indonesia jauh lebih moderat.
Hal ini terutama disebabkan oleh pentingnya peran APBN sebagai penekan inflasi global melalui mekanisme dukungan energi dan alokasi untuk biaya stabilisasi harga pangan.
Baca Juga: Wamenkeu Menjelaskan Cara Kerja Treasury One di Forum Regional ALCO
Pada September 2022, angka kemiskinan sebesar 9,57%, atau sebanyak 26,36 juta orang di bawah garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan sedikit meningkat dari Maret 2022 (9,54%), tetapi lebih rendah dari tingkat kemiskinan September 2021 (9,71%).
Garis kemiskinan meningkat sebesar 5,95% menjadi Rp 535.547 pada September 2022 dari Rp 505.468 pada Maret 2022.
Secara regional, angka kemiskinan sedikit meningkat baik di perkotaan maupun pedesaan pada September 2022. Angka kemiskinan di perkotaan meningkat menjadi 7,53% (Maret 2022: 7,5%). Proporsi penduduk pedesaan juga meningkat menjadi 12,36% (Maret 2022: 12,29%).
“Peningkatan tipis angka kemiskinan pada September 2022 tidak terlepas dari percepatan inflasi pangan pada periode Juni, Juli, Agustus, dan September yang mencapai puncaknya sebesar 11,5% pada Juli 2022. Keputusan pemerintah untuk menaikkan subsidi energi sebesar 551 triliun rupiah adalah faktor terpenting dalam angka kemiskinan. Selain itu, kita bertindak cepat untuk menekan inflasi pangan,” kata Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, dalam siaran pers, Senin (16/1/2020).
Baca Juga: Menaker Sebut Empat Tantangan Menurunkan Tingkat Pengangguran Indonesia
Kesenjangan Pengeluaran Penduduk Indonesia (Rasio Gini) adalah 0,381 pada September 2022, turun 0,003 poin persentase dari Maret 2022 (0,384). Penurunan rasio gini disebabkan oleh penurunan ketimpangan di perkotaan dan perdesaan, keduanya turun tipis 0,001 dibanding Maret 2022.
“Upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan yang inklusif dapat dilihat dari penurunan ketimpangan baik di perkotaan maupun pedesaan. Bahkan, ketimpangan pedesaan terus membaik dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi,” lanjut Febrio.
Inflasi volatile food menurun secara signifikan dari September 2022 (9.0% yy) hingga Desember 2022 (5.6% yy) dan tingkat kemiskinan diperkirakan akan menurun lagi di masa mendatang.
Hal ini juga didukung oleh kondisi kerja yang membaik, dimana Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat menjadi 68,63 persen pada Agustus 2022, yang berkontribusi pada peningkatan pendapatan masyarakat.
“Ke depan, pemerintah harus menjaga laju penurunan inflasi dan percepatan belanja pada triwulan I 2023 untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan,” kata Febrio.