Kolaborasi Juru Kunci Peningkatan Penggunaan EBT

Kolaborasi Juru Kunci Peningkatan Penggunaan EBT

INDEK.ID – Sebagai generasi muda pembentuk masa depan bangsa dengan peningkatan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), sudah menjadi keharusan bagi kita untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan solusi atas tantangan nasional saat ini dan ke depan.

Salah satunya adalah ketahanan energi dan mitigasi perubahan iklim. Pengembangan energi baru terbarukan sangat penting untuk kemandirian energi negara.

“Pemerintah sering kali harus menjaga ketahanan dan keberlanjutan energi negara dengan  menjaga keseimbangan antara tiga aspek trilemma energi, yaitu pemerataan, ketahanan energi, dan kelestarian lingkungan,” kata para ahli kepada menteri sumber daya alam. Sampe L. Purba menginspirasi wisudawan Universitas Multimedia XXIII Nusantara, Sabtu (17/12/2022).

Pengembangan energi masa depan, lanjut Sampe, harus memenuhi komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Sampe menunjukkan dalam dokumen National Contribution (NDC) yang diserahkan kepada Perjanjian Paris bahwa Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030 tanpa bantuan internasional dan 41% dengan bantuan internasional, yang setara dengan 834 Mt ekuivalen karbon dioksida (CO2e) dan 1185 Mt CO2e.

Komitmen ini diperkuat pada konferensi COP26 Glasgow 2021, di mana pemerintah Indonesia mengumumkan kemampuannya untuk mempercepat implementasi Global Emission Reduction (NZE).

Baca Juga: Perkuat Sektor UMKM, Jokowi: Tantangan Ekonomi ke Depan Tidak Mudah

“Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) juga membuka peluang untuk membangun ekonomi nasional yang hijau dan pemulihan ekonomi pasca pandemi. Isu ini sesuai dengan tema kepresidenan G20 Indonesia, yaitu Pemulihan. Membangun kembali lebih kuat bersama, yang mengangkat transisi energi sebagai salah satu isu terpenting, lanjut Sam.

Indonesia saat ini sedang melaksanakan transisi energi dari energi fosil ke energi baru dan terbarukan yang terbukti rendah emisi dan lebih ramah lingkungan.

Untuk percepatan pemanfaatan EBT, pemerintah melaksanakan beberapa program, antara lain pembentukan jaringan PLT EBT berdasarkan RUPTL PLN, pengenalan PLTS rooftop, konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi PLT EBT (PLT gas sebagai peralihan). Paksa B30 dan co-firing biomass di PLTU.

“Pengembangan EBT merupakan salah satu upaya kami untuk memenuhi komitmen NDC. Dalam dokumen NDC yang diperbarui dan disampaikan pada konferensi COP27, Indonesia meningkatkan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor energi menjadi 358-446 juta ton pada tahun 2030,” kata Sampe.

Sampe mengakhiri pesannya dengan menekankan bahwa kolaborasi merupakan kunci penting untuk meningkatkan penggunaan EBT.

“Untuk percepatan pengembangan EBT di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda dan peneliti, sangat dibutuhkan sinergi dan kerjasama semua pihak. Merekalah yang bisa menciptakan inovasi baru dan mengangkat kualitas SDM Indonesia di mata dunia internasional,” ujar Sampe.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *